Kala langit malam mula memekatkan warnanya, si bulan menerangi alam ini... Kau terduduk... Termangu-magu di hadapan komputer ribamu itu... Senyuman yang terlakar... Hilang begitu saja... Air mata mengambil alih takhta sang senyum dan tawa... Kini baru kau sedar... Butiran mutiara yang terhasil dari mata ini bagaikan peneman setia... Hanya dialah yang setia menemani kau... Tak kira bila masa... Wahai intan... Mengapa kau mesti bersedih lagi? Bukankah kau sudah berjanji tidak akan melayan perasaan itu lagi? Kenapa ya?

Sudahlah... Cukuplah... Jangan kau layan perasaan itu... Ingatlah kata-kata ini... Biarlah orang merendah-rendahkan kau... Biarlah mereka membuli dan menghina kau... Jangan pernah kau kisah kata-kata nista mereka... Kerana... Mereka tidak mengenalimu... Mereka tidak akan pernah cuba memahami dirimu... Hanya Yang Maha Esa bisa memahami dirimu lebih dari apa yang engkau tahu... Bersabarlah... Tabahkan hati... Sesungguhnya air mata taubat itu lebih bermakna dari tangisan kau terhadap manusia dan dunia... Kasih-sayang dan cinta dari-Nya lebih berharga dari pandangan mereka semua... Kau sambutlah seruan cinta Muhaimin... Kau pasti akan lebih bahagia dunia dan akhirat... La Tahzan, sayang... La Tahzan...
salam 'alaikum
ReplyDeletebenar, La tahzan... usah bersedih pada yg semetara... teguhkan hati untuk mendakap cinta-Nya. cemburu bukan pada yg sudah mendakapnya? ya, ana cemburu pd mereka...
wasalam..benar kata saudara..saya sangat2 cemburu dengan mereka yg tlh beroleh cinta-Nya...diri saya ini entah bila akan dapt..amalan tidak seberapa..iman pula??sentiasa on off..
ReplyDelete